Serta merta tangan Rossana-yang bersangkutan enggan disebut namanya-asyik menggaruk kaki yang gatal. Bekas garukan itu berubah menjadi luka. Semula kecil tetapi kemudian luka itu melebar dan sulit kering. Kejadian itu berulang-ulang, setiap gatal tangannya refleks menggaruk dan esoknya menjadi luka.
Itulah sebabnya ia kadang menahan tangan untuk tak menggaruk bagian tubuh yang gatal. Gangguan kesehatan lain juga muncul ketika usianya 47 tahun. Frekuensi berkemih lebih tinggi. Ketika malam, ia sampai 7 kali buang air kecil. Padahal, sebelumnya tak pernah. Bolak-balik ke peturasan ketika malam jelas mengganggu tidur Rossana. Pada siang hari juga demikian. Celakanya, pandangan matanya kabur. “aktivitas sehari-hari sering terganggu” kata Rossana.
Khawatir keadaan tambah memburuk, Rossana melakukan general Chek Up di sebuah rumah sakit di Purwokerto, Jawa Tengah. Hasilnya kadar gula darah mencapai 370 mg/dl. Ia positif menderita diabetes mellitus (dari bahasa Yunani : diabetes = urine berlebih, mellitus = madu).
Padahal dalam kondisi normal, kadar gula berkisar 100-140 mg/dl. Sejak itu pula ia harus menjalani diet ketat. Konsumsi nasi dibatasi, tidak boleh lebih dari ¾ piring. Ia melupakan hobinya menyantap berbagai penganan berbahan baku kacang-kacangan. Tak lupa, penyuka menyulam itu harus berhenti mengkonsumsi gula.
Menurut dr. Eduard Hutabarat, dokter di Cibubur Jakarta Timur, kekurangan hormon insulin dan konsumsi gula berlebih memicu diabetes mellitus, Rossana mempunyai kebiasaan yang mengundang diabetes mellitus. Saban pagi ia menyeruput segelas teh manis. Segelas teh manis lain ia minum saat petang. Setiap kali menikmati teh panas, kue-kue manis menjadi kudapan.
Pemicu lain berupa kekurangan mineral-mineral tertentu yang diperlukan untuk metabolism pankreas. Akibatnya pankreas gagal memproduksi hormone insulin.Hormon itu berperan mengatur kadar gula darah. Jika kadar gula darah melebihi normal, menyebabkan ginjal ikut mengeluarkan gula bersamaan dengan urine. Sayangnya perempuan 50 tahun itu juga tidak pernah berolah raga. Tanpa disadari menimbun gula dalam darah.
Gula bersifat menarik cairan sehingga volume urine berlebih. Dampaknya penderita kerap bolak-balik ke kamar kecil seperti dialami oleh Rossana. Cairan banyak yang hilang menyebabkan gampang sekali haus, selain itu glukosa yang terbuang bersama air kemih menyebabkan tubuh kehilangan energy. Tubuh akhirnya gampang lelah dan mudah lapar. Tak jarang hilangnya energy juga membuat penderita diabetes mudah mengantuk. Kondisi itu jelas mengganggu aktivitas Rossana yang terbilang aktif.
Belum lagi gangren alias luka yang tak kunjung sembuh di kakinya. Tubuh gagal metabolism gula menjadi adenosine tripospat (ATP) sehingga sel mati dan luka tak kunjung sembuh. Oleh karena itu ia ingin segera mengakhiri gangguan kesehatan itu. Ia menuruti saran teman-temannya untuk mengkonsumsi ramuan herbal. Ketika belanja ke pasar, Ibu 3 anak itu membeli beberapa bungkus herbal. Sayangnya Rossana tak mengetahui jenis herbal itu.
Ia menyeduh 4 sendok serbuk jamu dalam 1 gelas air panas. Dalam sehari ia mengkonsumsi 1 kali. Sebulan setelah rutin mengkonsumsi ramuan itu, tanda-tanda kesembuhan mulai tampak, kadar gula darahnya turun menjadi 230 mg/dl. Namun hingga 6 bulan kemudian, kadar gula darah tak bergeming dari angka 230 mg/dl.
HILANG GATAL
Setelah mencoba herbal lain, Rossana akhirnya tertarik mengkonsumsi susu kambing. Produk itu diperoleh dari kambing peranakan ettawa (PE). Informasi khasiat susu kambing ia peroleh dari sebuah media. “kebetulan di dekat tempat tinggal saya ada peternakan kambing perah” katanya. Rossana pun memesan 10 kantong susu puan –nama lain susu kambing- masing-masing berisi 200 ml. Susu Kambing murni itu ia konsumsi 2 kali sehari masing-masing 1 kantong sebelum sarapan dan makan malam.
Baru 3 hari mengkonsumsi, ia merakan perbedaan “rasa gatal mulai berkurang dan tidur terasa enak” ujar Rossana. Konsumsi susu kambing pun ia lanjutkan. Setelah 2 bulan, ia kembali mengecer kadar gula darah. Hasilnya menggembirakan “Nilai gula darah turun ke angka 145 mg/dl.” Katanya. Pengecekatan terakhir pada Maret 2007, kadar gula darahnya normal. Pandangan mata yang kabur sedikit demi sedikit menghilang. Badan pun dirasa lebih segar dan bertenaga.
Menurut Zen Djaja MD, dokter di Malang, Jawa Timur, susu kambing ampuh mngatasi diabetes lantaran produk itu kaya nutrisi. Kekurangan Nutrisi juga memicu diabetes mellitus karena produksi insulin oleh pankreas terhambat. Susu kambing kaya protein dan asam amino menambah nutrisi tubuh menjadi lebih baik, pankreas bekerja optimal untuk memproduksi insulin.
Elliot K Greenwood periset Massachussets State Collage and Agricultural Experiment station, Amherst Amerika Serikat, menemukan protein A2 beta-casein dalam susu kambing. Protein itu berbeda dengan kerabatnya dalam susu sapi, A1 beta-casein yang dituduh memicu diabetes. Sedangkan A2 beta-casein aman bagi penderita kencing manis.